Ada yang istimewa di tanggal 22 Oktober 2017. Pada hari itu seluruh medsos sedang marak trending traffic hari santri nasional. Mulai dari akun Instagram mentri pemuda dan olahraga (MENPORA), Imam Nahrawi, Rais am PCINU Australia-New Zealand, Prof Nadirsyah Hosen hingga bapak Ridwan Kamil yang notabene sebagai Walikota tercinta warga Bandung. Hari santri mulai membooming di era presiden jokowi dan merupakan janji kampanye pak de jokowi saat pemilihan capres tahun 2014. Kaum santri yang sejak era kemerdekaan termarjinalkan baik dari pendidikan, kesetaraan dengan kaum nasional perlahan mulai sedikit merasakan kesetaraan di mata publik.

Santri yang dulu dikenal sebagai pendidikan salaf, sekarang sudah melek dengan pendidikan umum. terlihat dari banyak pesantren yang membuka pendidikan umum dari SD – SMA. Diharapkan dengan kesetaraan itu, santri tidak hanya mendapat pendidikan agama, ikut tindak lampah seorang Kyai juga mendapatkan pendidikan umum agar tidak ketinggalan dari teknologi dan arus zaman.

Tak ketinggalan, saya yang pernah merasakan asam garam nyantri selama 6 tahun, turut merayakan euforia Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017. Meski saya sedikit nerecel sekarang kerja di bidang Teknologi (baca : Telkom University), tapi jiwa santri masih tetap ada.

Adapun pemilihan tanggal 22 oktober dikarenakan pada tanggal tersebut Hadlratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Khittah kepada santri dan masyarakat untuk berjihad melawan penjajah Belanda dan NICA yang ada di Surabaya. Dan perang melawan penjajah sesungguhnya terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945 melawan gabungan tentara NICA (Mallaby dkk) yang dipimpin oleh Bung Tomo dan arek – arek Surabaya. kejadian perang melawan penjajah 10 Nopember dikenang dan dijadikan nama kampus institut teknologi sepuluh nopember surabaya ( bukan promosi kampus almamater 😀 )

Akhir kata selamat hari santri nasional 22 oktober 2017. Semoga santri terus menginspirasi untuk negeri. NKRI harga mati.

wallahu a’lam.